Senin, 28 Oktober 2019

Berlaku Tahun Ini Apa Itu MEA_

Kimia Farma Produksi Obat Hepatitis Murah

, Jakarta - PT Kimia Farma Tbk (KAEF) sukses membuat obat untuk pasien Hepatitis B pada harga dapat dijangkau. Obat itu di jual pada harga Rp 150 ribu untuk satu bulan, tambah lebih murah dibandingkan obat semacam paling murah yang ada saat ini Rp 800 ribu per bulan.

Menteri Negara Tubuh Usaha Punya Negara Dahlan Iskan, menjelaskan Kimia Farma memang didorong untuk meningkatkan obat murah. Diantaranya ialah obat untuk hepatitis yang akan dikenalkan ke pasar lekan depan. Salah satunya dana hasil right issue akan dipakai untuk peningkatan obat-obatan murah, kata Dahlan di kantornya, Kamis, 15 Maret 2012.

Jadi pasien Hepatitis B, Dahlan benar-benar menghargai produksi obat murah ini. Pasalnya menurutnya ada lebih dari 20 juta pasien Hepatitis B di Indonesia. Sesaat obat ini harus dikonsumsi seumur tidak mati, katanya.

Fungsinya, untuk hentikan kegiatan virus hepatitis dalam hati. Bila tidak, hepatitis dapat berkembang jadi sirosis. Seterusnya punya potensi enjadi kanker hati, seperti yang dirasakan Dahlan sampai dia butuh lakukan cangkok hati.

Dahlan akui, akan mulai memakai obat ini untuk gantikan obat yang sekarang dikonsumsinya. Gw akan ubah obat gw dengan (obat) ini, katanya.

ANGGRITA DESYANI

"

Lebaran 2018 Tol Soker Untungkan Pemudik Lewat Jalur Tengah

Peneliti Megawati Institute Katakan 4 Pemicu Ketimpangan di RI

, Jakarta - Periset Megawati Institute Faishal Rahman menjelaskan empat unsur pemicu ketimpangan di Indonesia. Ada empat unsur yang menggerakkan berlangsungnya ketimpangan di Indonesia. Diantaranya akses pendidikan serta kesehatan yang terbatas. Selanjutnya, kesempatan tenaga kerja kasar untuk terima kenaikan upah, angkanya lebih sedikit dibanding pekerja yang mempunyai ketrampilan.

Terpusatnya kekayaan pada segelintir orang, tutur Faishal salah satunya hal yang menggerakkan berlangsungnya ketimpangan di Indonesia. Diluar itu, ketimpangan resiliensi rawan pada guncangan ekonomi. “Hal itu akan memengaruhi alokasi penghasilan pada pendidikan serta kesehatan,” tutur Faishal di Kantor Megawati Institute, Rabu, 19 Maret 2018.

Menurut Faishal, rata-rata perkembangan pendapatan 40 orang paling kaya di Indonesia sebesar 17 % dalam periode waktu 2006 sampai 2016. Angka itu tidak searah dengan perkembangan perekonomian nasional, dengan rata-rata 6 % serta penghasilan perkapita yang rata-ratanya cuma 4 % dalam kurum waktu 10 tahun.“Laju kekayaan 40 orang paling kaya di Indonesia 3x bertambah cepat dari perkembangan nasional sepanjang tahun 2006 sampai 2016.” Katanya.

Faishal menerangkan akumulasi dari penghasilan 40 orang paling kaya itu sepanjang setahun sampai US$ 16,8 miliar atau seputar Rp 231 triliun. Ia menjelaskan seseorang paling kaya di Indonesia dapat membuahkan US$ 400 juta atau seputar Rp 5,5 triliun sepanjang setahun.

Bila bentang waktunya dipersempit, kata Faishal, pendapatan orang paling kaya di Indonesia sampai US$ 36 juta perbulan atau seputar Rp 400 miliar. Angka itu jadi berbeda, saat pendapatan buruh tani di Indonesia cuma Rp 1,5 juta per bulan.

Faishal menjelaskan jumlahnya buruh tani di Indonesia sekitar 37 juta orang. “Penghasilan seseorang konglomerat di Indonesia, hampir serupa dengan pendapatan 37 juta buruh tani se-Indonesia,” papar ia.

Buruh tani sendiri adalah penyumbang 29,68 % dari keseluruhan tenaga kerja di Indonesia. Faishal berujar, kualitas tenaga kerja Indonesia masih rendah. Hal itu diperlihatkan dari prosentase angka tenaga kerja berpendidikan akhir Sekolah Fundamen (SD) masih menguasai. Di tahun 2017 42,1 % pekerja Indonesia adalah lulusan SD.

Megawati Institute memberi beberapa referensi berdasar hasil penelitiaannya masalah ketimpangan ekonomi di Indonesia. Diantaranya adalah menggerakkan pengembangan yang dapat tingkatkan ketrampilan tenaga kerja. Pemerintah diinginkan membuat lapangan kerja pedesaan di luar usaha tani. “Garis kemiskinan adalah representasi keperluan warga,” sebut Faishal.

"